Khutbah Jum’at Masjid Nabawi 27/11/1436 H – 11/9/2015 M
Oleh : Asy-Syaikh Abdul Muhsin al-Qosim hafizohullah
Khutbah Pertama
Segala puji bagi Allah, kami memujinya, memohon pertolongannya, dan memohon ampunanNya. Dan kami berlindung dari keburukan jiwa kami dan dari kesalahan amal perbuatan kami. Siapa yang diberi hidayah oleh Allah maka tidak ada yang akan menyesatkannya, dan siapa yang disesatkan maka tidak ada yang memberi petunjuk kepadanya. Dan aku bersaksi bahwasanya tidak ada sesembahan yang berhak disembah melainkan Allah semata, tiada syarikat bagiNya, dan aku bersakasi bahwasanya Muhammad adalah hamba dan utusanNya, semoga shalawat dan salam tercurahkan kepada beliau, keluarga dan para sahabatnya.
Amma ba’du, bertakwalah kepada Allah wahai para hamba Allah dengan takwa yang sesungguhnya, karena Rob kita tidak menerima kecuali takwa, dan tidak merahmati kecuali orang yang bertakwa.
Kaum muslimin sekalian…, sesungguhnya Allah memilih apa yang Allah kehendaki diantara ciptaanNya.
وَرَبُّكَ يَخۡلُقُ مَا يَشَآءُ وَيَخۡتَارُۗ
Dan Tuhanmu menciptakan apa yang Dia kehendaki dan memilihnya. (QS Al-Qosos : 68)
Allah memilih diantara para malaikatnya dan diantara manusia untuk menjadi para rasulNya, Allah memilih dzikrullah diantara perkataan-perkataan, memilih rumah mesjid-mesjid Allah diantara yang ada di bumi. Allah memilih bulan Ramadhan dan bulan-bulan haram diantara seluruh bulan. Kaum jahiliyah dahulu menambah-nambah hari dan menguranginya karena mengikuti hawa nafsu mereka, maka mereka berpuasa di luar jadwal waktunya, mereka berhaji bukan di musimnya. Hingga Allah memberi karunia bagi umat ini dengan mengutus penegak agama maka Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menjalankan hajinya yaitu haji wada’ sementara zaman telah kembali lagi sebagaimana semula, dan haji wada’ beliau dilaksanakan pas bulan Dzulhijjah, dan beliau bersabda dalam khutbahnya :
إِنَّ الزَّمَانَ قَدِ اسْتَدَارَ كَهَيْئَتِهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضَ
“Sesungguhnya zaman telah kembali lagi semula sebagaimana kondisinya tatkala Allah menciptakan langit dan bumi” (Al-Bukhari dan Muslim)
Maka hitungan kembali lagi dan dan penanggalan telah tepat dan perkaranya kembali seperti semua seseuai dengan penetapan Allah yang semula.
Adanya pemuliaan antara malam-malam dan siang-siang merupakan motivasi yang menyeru untuk menggunakan kesempatan beramal kebajikan, dan Nabi kita shallallahu ‘alaihi wasallam memotivasi untuk menggunakan kesempatan pada lima perkara sebelum hilangnya lima perkara tersebut. Beliau bersabada :
اِغْتَنِمْ خَمْسًا قَبْلَ خَمْسٍ، شَبَابَكَ قَبْلَ هَرَمِكَ، وَصِحَّتَكَ قَبْلَ سَقَمِكَ، وَغِنَاءَكَ قَبْلَ فَقْرِكَ وَفَرَاغَكَ قَبْلَ شُغْلِكَ وَحَيَاتَكَ قَبْلَ مَوْتِكَ
“Manfaatkanlah 5 perkara sebelum 5 perkara, manfaatkanlah masa mudamu sebelum tuamu, sehatmu sebelum sakitmu, kekyaanmu sebelu miskinmu, waktu luangmu sebelum kesibukanmu, dan kehidupanmu sebelum matimu” (HR Al-Hakim)
Sebentar lagi sepuluh awal dzulhijjah akan menaungi kita, dan ia teramasuk hari-hari Allah yang mulia, dan penutup dari bulan-bulan yang telah diketahui yang Allah berfirman tentang bulan-bulan tersebut :
ٱلۡحَجُّ أَشۡهُرٞ مَّعۡلُومَٰتٞۚ
(Musim) haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi, (QS Al-Baqoroh : 197)
Yaitu bulan Syawwal, Dzulqo’dah, dan 10 hari pertama Dzulhijjah. Dan karena keagunggannya maka seluruh kegiatan amalan haji dilaksanakan pada 10 Dzulhijjah, dan Allah bersumpah dengan malam-malamnya dalam firmanNya :
وَٱلۡفَجۡرِ ١ وَلَيَالٍ عَشۡرٖ ٢
Demi fajar, dan malam yang sepuluh (QS Al-Fajr ; 1-2)
Dan siangnya lebih afdol daripada siang 10 hari terakhir bulan Ramadhan, Nabi ‘alaihis sholatu was salaam bersabda :
أَفْضَلُ أَيَّامِ الدُّنْيَا أَيَّامُ الْعَشْرِ
“Sebaik-baik siang hari dunia adalah siang 10 hari awal Dzulhijjah” (HR Ibnu Hibban)
Dan teristimewakannya 10 hari Dzulhijjah karena terkumpulkannya induk-induk ibadah padanya, seperti sholat, puasa, sedekah, dan haji, dan tidak terkumpulkan hal ini pada waktu yang lain.
Dan seluruh amal sholeh pada 10 hari Dzulhijjah lebih disukai oleh Allah dari pada jika dikerjakan di waktu yang lain. Nabi ‘alaihis sholatu was salaam bersabda :
مَا مِنْ أَيَّامٍ الْعَمَلُ الصَّالِحُ فِيْهِنَّ أَحَبُّ إِلَى اللهِ مِنْ هَذِهِ الأَيَّامِ الْعَشْرِ، قَالُوا : يَا رَسُوْلَ اللهِ، وَلاَ الْجِهَادُ فِي سَبِبْيلِ اللهِ؟، قَالَ : وَلاَ الْجِهَادُ فِي سَبِيْلِ اللهِ إِلاَّ رَجُلٌ خَرَجَ بِنَفْسِهِ وَماَلِهِ وَلَمْ يَرْجِعْ مِنْ ذَلِكَ بِشَيْءٍ
“Tidak ada hari-hari yang amal sholeh padanya lebih dicintai oleh Allah dari pada hari-hari 10 Dzulhijjah”. Mereka berkata, “Wahai Rasulullah, tidak juga jihad fi sabilillah?”. Nabi berkata, “Tidak juga jihad fi sabilillah, kecuali seseorang yang keluar dengan membawa jiwanya dan hartanya lalu jiwa dan hartanya tidak kembali lagi” (HR Al-Bukhari)
Ibnu Rojab berkata : “Hadits ini menunjukan bahwa amal sholeh di hari-hari 10 Dzulhijjah lebih disukai oleh Allah daripada amal di hari-hari yang lain di duni ini, dan tanpa ada pengecualian sama sekali”
Para salaf dahulu berjuang untuk beramal soleh pada 10 hari Dzulhijjah, jika telah masuk 10 Dzulhijjah maka Sa’id bin Jubair bersungguh-sungguh dalam beribadah sampai-sampai hampir ia tidak mampu melakukannya.
Dan diantara karunia Allah dan kebaikanNya ketaatan-ketaatan yang bisa dilaksanakan pada 10 hari dzulhijjah bervariasi. Diantara yang disyari’atkan adalah memperbanyak berdzikir kepada Allah, Allah berfirman :
وَيَذۡكُرُواْ ٱسۡمَ ٱللَّهِ فِيٓ أَيَّامٖ مَّعۡلُومَٰتٍ
Dan supaya mereka menyebut nama Allah pada hari yang telah ditentukan (QS Al-Hajj : 28)
Ibnu Abbas berkata ; “Yaitu 10 hari Dzulhijjah”.
Dan berdzikir kepada Allah pada hari-hari tersebut termasuk ibadah yang paling afdol, Nabi ‘alaihis sholatu was salaam bersabda :
مَا مِنْ أَيَّامٍ أَعْظَمُ عِنْدَ اللهِ وَلاَ أَحَبُّ إِلَيْهِ مِنَ الْعَمَلِ فِيْهِنَّ مِنْ هَذِهِ الْعَشْرِ، فَأَكْثِرُوا فِيْهِنَّ مِنَ التَّهْلِيْلِ وَالتَّكْبِيْرِ وَالتَّحْمِيْدِ
“Tidak ada hari-hari yang lebih agung di sisi Allah dan lebih dicintai oleh Allah dari pada beramal pada hari-hari tersebut daripada 10 hari Dzulhijjah, maka perbanyaklah tahlil, takbir, dan tahmid” (HR Ahmad)
Al-Imam An-Nawawi rahimahullah berkata, “Disukai untuk memperbanyak dzikir pada 10 hari Dzulhijjah, lebih dari pada di waktu yang lain, dan disukai untuk lebih banyak lagi di hari Arofah dari pada sisa 10 hari yang lainnya”
Dan dzikir yang paling afdol adalah tilawah al-Qur’an, karena al-Qur’an adalah petunjuk dan cahaya yang jelas.
Takbir mutlak yang dilakukan setiap waktu termasuk syi’ar pada 10 hari Dzulhijjah. Ibnu Umar dan Abu Hurairah –radhiallahu ‘anhuma- keluar ke pasar pada 10 hari Dzulhijjah dan bertakbir, dan orang-orangpun bertakbir dengan takbir mereka berdua (HR Al-Bukhari).
Dan disyari’atkan takbir tertentu waktunya yaitu setiap kalai selesai sholat dari waktu fajar pada hari Arofah bagi jama’ah haji dan selain mereka. Syaikhul Islam rahimahullah berkata, “Pendapat yang paling kuat tentang bertakbir, yang pendapat ini merupakan pendapat mayoritas salaf, para fuqoha, para sahabat, dan para imam adalah bertakbir sejak fajar hari Arofah hingga akhir hari tasyriq setiap kali habis sholat”
Diantara perkara yang dianjurkan adalah puasa 9 hari pertama Dzulhijjah, Al-Imam An-Nawawi rahimahullah berkata, “Hal ini sangat-sangat dianjurkan”
Dan sedekah adalah amal sholeh, dengannya terangkatlah kesulitan dan hilangnya kesedihan, dan yang terbaik adalah tatkala waktu dibutuhkan dan di zaman yang mulia.
Dan taubat memiliki kedudukan yang tinggi dalam agama, ia merupakan sebab kemenangan dan kebahagiaan. Allah mewajibkannya bagi semuat umat dari segala dosa. Allah berkata kepada mereka yang menyatakan Allah punya istri dan anak :
أَفَلَا يَتُوبُونَ إِلَى ٱللَّهِ وَيَسۡتَغۡفِرُونَهُۥ
Maka mengapa mereka tidak bertaubat kepada Allah dan memohon ampun kepada-Nya?. (Qs Al-Maidah : 74)
Dan Allah berfirman kepada kaum mukminin :
وَتُوبُوٓاْ إِلَى ٱللَّهِ جَمِيعًا أَيُّهَ ٱلۡمُؤۡمِنُونَ لَعَلَّكُمۡ تُفۡلِحُونَ ٣١
Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung (QS An-Nuur : 31)
Dan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bertaubat kepada Allah setiap harinya 100 kali, beliau bersabda :
يَا أَيُّهَا النَّاسُ تُوْبُوا إِلَى اللهِ فَإِنِّي أَتُوْبُ فِي الْيَوْمِ إِلَيْهِ مِائَةَ مَرَّةٍ
“Wahai manusia, bertaubatlah kalian kepada Allah, sesungguhnya aku bertaubat kepadaNya sehari 100 kali” (Al-Bukhari dan Muslim)
Dan kita lebih membutuhkan untuk bertaubat, dan sebaik-baik hari bagi seorang hamba adalah hari dimana ia bertaubat. Nabi ‘alaihis sholatu was salam berkata kepada Ka’ab bin Malik radhiallahu ‘anhu :
أَبْشِرْ بِخَيْرِ يَوْمٍ مَرَّ عَلَيْكَ مُنْذُ وَلَدَتْكَ أُمُّكَ
“Bergembiralah dengan hari terbaik yang engkau lalui sejak engkau dilahirkan oleh ibumu” (Al-Bukhari dan Muslim)
Maka sungguh indah seseorang yang bertaubat ia bertaubat di hari-hari yang paling dicintai oleh Allah. Dan siapa yang benar dalam taubatnya maka ia akan meraih derajat yang tinggi, dan Allah akan merubah dosa-dosanya menjadi pahala-pahala.
Dan pada 10 hari Dzulhijjah dilaksanakan haji, yang ia merupakan salah satu rukun Islam dan pondasinya yang kuat. Allah berfirman :
وَلِلَّهِ عَلَى ٱلنَّاسِ حِجُّ ٱلۡبَيۡتِ مَنِ ٱسۡتَطَاعَ إِلَيۡهِ سَبِيلٗاۚ
Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah. (QS Ali ‘Imron : 97)
Dan Nabi ‘alaihis sholatu was salam bersabda :
يَا أَيُّهَا النَّاسُ، قَدْ فَرَضَ اللهُ عَلَيْكُمُ الْحَجَّ فَحُجُّوا
“Wahai manusia, Allah telah mewajibkan haji atas kalian, maka berhajilah” (HR Muslim)
Dan ia termasuk amalan yang paling mulia. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam ditanya ; أَيُّ الْعَمَلِ أَفْضَلُ؟ “Amalan apakah yang paling afdol?”, Nabi menjawab, إِيْمَانٌ بِاللَّهِ وَرَسُوْلِهِ “Iman kepada Allah dan RasulNya”. Dikatakan, “Lalu apa?”, beliau menjawab, الجِهَادُ فِي سَبِيْلِ اللهِ “Jihad di jalan Allah”, dikatakan, “Lalu apa?”, beliau menjawab, حَجٌّ مَبْرُوْرٌ “Haji mabrur” (Al-Bukhari dan Muslim)
Dan haji mabrur tidak ada balasan yang setimpal kecuali surga. Dengan haji gugurlah dosa dan kesalahan, Nabi ‘alaihis sholat was salam bersabda:
مَنْ حَجَّ الْبَيْتَ فَلَمْ يَرْفُثْ وَلَمْ يَفْسُقْ رَجَعَ مِنْ ذُنُوْبِهِ كَيَوْمِ وَلَدَتْهُ أُمُّهُ
“Siapa yang berhaji dan tidak melakukan rofats (jimak dan pendahuluannya), dan tidak berbuat kefasikan (kemasiatan) maka ia akan bersih dari dosa-dosanya seperti hari ia dilahirkan oleh ibunya” (Al-Bukhari dan Muslim)
Dan sungguh Allah membanggakan para jema’ah tatkala di padang Arofah dihadapan penghuni langit.
Haji memiliki hikmah-hikmah yang agung dan tujuan-tujuan yang indah dan mulia dalam agama, dunia, kehidupan, dan hari akhirat. Hikmah yang pertama adalah memantapkan tauhid. Syi’ar hajji adalah :
لبيك اللهم لبيك، لبيك لا شريك لبيك، إن الحمد والنعمة لك والملك لا شريك لك
“Ya Allah aku memenuhi panggilanmu, Ya Allah aku memenuhi panggilanmu, tidak ada syarikat bagiMu, sesungguhnya pujian, segala kenikmatan adalah milikMu demikian juga kerajaan, tiada syarikat bagiMu”
Diantara hikmah haji adalah memurnikan keikhlasan untuk Allah dan memurnikan “teladan” kepada Rasulullah. Allah berfirman :
وَأَتِمُّوا الْحَجَّ وَالْعُمْرَةَ للهِ
“Dan sempurnakanlah haji dan umroh karena Allah” (QS Al-Baqoroh :
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
خُذُوا عَنِّي مَنَاسِكَكُمْ
“Ambillah dariku tata cara manasik haji kalian” (HR Muslim).
Diantara hikmah haji adalah :
لِّيَشۡهَدُواْ مَنَٰفِعَ لَهُمۡ
Supaya mereka menyaksikan berbagai manfaat bagi mereka (QS Al-Hajj : 28) yaitu di dunia dari kebaikan-kebaikan yang mereka peroleh, dan di akhirat dengan masuk surga.
وَيَذۡكُرُواْ ٱسۡمَ ٱللَّهِ فِيٓ أَيَّامٖ مَّعۡلُومَٰتٍ
Dan supaya mereka menyebut nama Allah pada hari yang telah ditentukan (QS Al-Hajj : 28)
Haji adalah peringatan terhadap saatnya meninggalkan dunia ini. Waktu pelaksanaannya adalah di hari-hari yang terakhir, dan Nabi shallallahu ‘alaihi wasalam menunaikannya di akhir kehidupan beliau, dan beliau mengucapkan selamat tinggal kepada para sahabatnya, dan Allah telah menyempurnakan bagi beliau agama bagi umatnya, dan di hari Arofah Allah menurukan kepada beliau firmanNya
ٱلۡيَوۡمَ أَكۡمَلۡتُ لَكُمۡ دِينَكُمۡ وَأَتۡمَمۡتُ عَلَيۡكُمۡ نِعۡمَتِي
Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, (QS Al-Maidah : 3)
Seorang yang tidak mampu untuk berhaji karena ada udzur maka ia ikut menyertai para jama’ah haji dalam memperoleh pahala jika benar niatnya, bahkan bisa jadi dengan hatinya ia mendahului orang-orang yang berjalan dengan badannya.
Di 10 Hari Dzulhijjah ada hari Arofah, berpuasa pada hari tersebut akan menggugurkan dosa setahun yang lalu dan setahun yang akan datang. Nabi bersabda :
وَمَا مِنْ يَوْمٍ أَكْثَرُ أَنْ يُعْتِقَ اللهُ فِيْهِ عَبْدًا مِنَ النَّارِ مِنْ يَوْمِ عَرَفَةَ
“Tidak ada hari yang lebih banyak Allah membebaskan hambanya dari neraka dari pada hari Arofah” (HR Muslim)
Diantaranya juga ada hari An-Nahr, yang merupakan hari terbaik dari hari-hari manasik dan yang paling nampak dan yang paling banyak orang berkumpul, dan hari inilah yang disebut haji akbar. Allah berfirman :
وَأَذَٰنٞ مِّنَ ٱللَّهِ وَرَسُولِهِۦٓ إِلَى ٱلنَّاسِ يَوۡمَ ٱلۡحَجِّ ٱلۡأَكۡبَرِ
Dan (inilah) suatu permakluman daripada Allah dan Rasul-Nya kepada umat manusia pada hari haji akbar (QS At-taubah : 3)
Dan ia merupakan hari teragung di sisi Allah. Nabi bersabda :
إِنَّ أَعْظَمَ الأَيَّامِ عِنْدَ اللهِ يَوْمُ النَّحْرِ ثُمَّ يَوْمُ الْقَرِّ
“Sesungguhnya hari yang paling agung di sisi Allah adalah hari An-Nahr, kemudian hari al-Qorr” (Hr Abu Dawud).
Dan hari An-Nahr adalah salah satu dari dua hari raya kaum muslimin, ia merupakan hari kegembiraan, hari riang dan senang dengan menunaikan salah satu dari rukun Islam. Dan bisa jadi orang-orang terlalaikan dari berdzikir kepada Allah –bersamaan dengan kegembiraan mereka- padahal tatkala itu berdzikir kepada Allah afdol. Allah berfirman
۞وَٱذۡكُرُواْ ٱللَّهَ فِيٓ أَيَّامٖ مَّعۡدُودَٰتٖۚ
Dan berdzikirlah (dengan menyebut) Allah dalam beberapa hari yang berbilang. (QS Al-Baqoroh : 203), yaitu hari-hari tasyriiq. Dan Nabi shallallahu ‘alahi wasallam bersabda :
أَيَّامُ التَّشْرِيْقِ –يعني أيام العيد- أَيَّامُ أَكْلٍ وَشُرْبٍ وَذِكْرٍ للهِ
“Hari-hari tasyriq adalah hari-hari untuk makan dan minum serta untuk berdzikir kepada Allah” (HR Muslim)
Ibnu Hajar berkata, “Telah tetap kemuliaan 10 hari pertama Dzulhijjah, maka tetap pula kemuliaan tersebut pada hari-hari tasyriq”
Dan di hari-hari An-Nahr dan at-Tasyriq ada suatu ibadah harta (maliah) dan raga (badaniah), dan ia merupakan ibadah yang sangat dicintai oleh Allah (yaitu ibadah menyembelih kurban). Allah menggandengkannya dengan sholat :
فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ
“Sholatlah untuk Allah dan sembelihlah juga karena Allah”
Maka Allah Swt memotivasi untuk ikhlas dalam penyembelihan kurban hanya semata-mata tertuju kepada Allah Swt, bukan untuk membanggakan diri atau pamer atau mencari reputasi, dan tidak pula hanya sekadar mengikuti tradisi. Allah berfirman :
لَن يَنَالَ ٱللَّهَ لُحُومُهَا وَلَا دِمَآؤُهَا وَلَٰكِن يَنَالُهُ ٱلتَّقۡوَىٰ مِنكُمۡۚ كَذَٰلِكَ سَخَّرَهَا لَكُمۡ لِتُكَبِّرُواْ ٱللَّهَ عَلَىٰ مَا هَدَىٰكُمۡۗ وَبَشِّرِ ٱلۡمُحۡسِنِينَ
“Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya” (QS Al-Hajj : 37)
“Nabi saw berkurban dua ekor kambing kibas (domba jantan) hitam putih yang bertanduk yang beliau sembelih dengan tangan beliau sendiri”.
Yakni kambing berbulu hitam yang bagian atasnya putih dan bertanduk.
Boleh juga seseorang berhutang untuk berkurban dan mencari diganti oleh Allah dengan anugrahNya. Tidak boleh menggerutu disebabkan kemahalan harganya, karena pahalanya di sisi Allah sangat agung.
Barangsiapa yang berniat kurban tidak diperkenankan memotong rambutnya atau kukunya sedikitpun. Rasulullah saw bersabda :
مَنْ كَانَ لَهُ ذِبْحٌ يَذْبَحُهُ فَإِذَا أَهَلَّ هِلاَلُ ذِيْ الْحِجَّةِ فَلاَ يَأْخُذَنَّ مِنْ شَعْرِهِ وَلاَ مِنْ أَظْفَارِهِ شَيْئًا حَتَّى يُضَحِّيَ
“Barangsiapa yang hewan kurbannya telah tersedia untuk dipotong, maka ketika telah kelihatan hilal bulan Dzulhijah maka janganlah ia memotong rambutnya ataupun kukunya sedikitpun hingga ia menyembelih kurbannya”. (HR Muslim).
Kaum muslimin !
Orang yang beruntung ialah orang yang mampu memanfaatkan event-event setiap bulan, setiap hari, setiap saat untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt dengan menjalankan ibadah rutinitas pada event-event tersebut. Siapa tahu dirinya yang beruntung meraih anugrah sehingga menjadi manusia yang selamat dari neraka dengan segala kobaran apinya dan memperoleh pahala surga yang luasnya seluas bumi dan langit. Saat itu dia menikmati kehidupan yang makmur dan kebahagiaan yang kekal abadi. Dan ke surgalah hendaklah orang-orang yang berlomba menyingsingkan lengan mereka.
Aku berlindung kepada Allah dari godaan setan yang terkutuk.
سَابِقُوٓاْ إِلَىٰ مَغۡفِرَةٖ مِّن رَّبِّكُمۡ وَجَنَّةٍ عَرۡضُهَا كَعَرۡضِ ٱلسَّمَآءِ وَٱلۡأَرۡضِ أُعِدَّتۡ لِلَّذِينَ ءَامَنُواْ بِٱللَّهِ وَرُسُلِهِۦۚ ذَٰلِكَ فَضۡلُ ٱللَّهِ يُؤۡتِيهِ مَن يَشَآءُۚ وَٱللَّهُ ذُو ٱلۡفَضۡلِ ٱلۡعَظِيمِ ٢١
“Dan berlombalah menuju ampunan dari Tuhan kalian dan surgaNya yang luasnya seluas langit dan bumi; disediakan bagi orang-orang yang beriman kepada Allah dan RasulNya. Itulah anugerah Allah yang Dia berikan kepada orang yang dikehendakiNya. Dan Allah mempunyai anugerah yang agung”. (QS Al-Hadid : 21)
Semoga Allah memberkahi kami dan kalian dalam mengamalkan Al-Qur’an yang agung ! !
Khutbah Kedua
Segala puji bagi Allah atas segala kebaikanNya. Puji syukur kepadaNya atas taufiq dan anugerahNya. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan sealin Allah semata, tiada sekutu bagiNya, kesaksianku sebagai pengagungan terhadapNya. Akupun bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah HambaNya dan RasulNya. Semoga Allah melimpahkan rahmat dan keselamatan kepadanya beserta seluruh keluarga dan sahabatnya sebanyak-banyaknya.
Kaum muslimin !
Kemaksiatan adalah penyebab jauhnya seseorang dari Allah, sebagaimana ketaatan menjadi penyebab kedekatan dengan Allah. Maka dosa merupakan pembawa kesialan bagi individu dan masyarakat. Allah Swt berfirman :
وَذَرُواْ ظَٰهِرَ ٱلۡإِثۡمِ وَبَاطِنَهُۥٓۚ إِنَّ ٱلَّذِينَ يَكۡسِبُونَ ٱلۡإِثۡمَ سَيُجۡزَوۡنَ بِمَا كَانُواْ يَقۡتَرِفُونَ ١٢٠
“Dan tinggalkanlah dosa yang terang-terangan dan yang tersembunyi. Sesungguhnya orang-orang yang berbuat dosa akan mendapatkan balasan dengan apa yang pernah mereka lakukan”. (QS Al-An’aam : 120)
Akan lebih besar lagi bahaya kemaksiatan ketika dilakukan di tengah-tengah musim penebaran rahmat dan kebaikan.
Allah Swt berfirman :
إِنَّ عِدَّةَ ٱلشُّهُورِ عِندَ ٱللَّهِ ٱثۡنَا عَشَرَ شَهۡرٗا فِي كِتَٰبِ ٱللَّهِ يَوۡمَ خَلَقَ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضَ مِنۡهَآ أَرۡبَعَةٌ حُرُمٞۚ ذَٰلِكَ ٱلدِّينُ ٱلۡقَيِّمُۚ فَلَا تَظۡلِمُواْ فِيهِنَّ أَنفُسَكُمۡۚ
“Sesungguhnya hitungan bulan di sisi Allah adalah dua belas bulan (yang telah tetap) pada kitab Allah pada hari Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya terdapat empat bulan haram, maka janganlah kalian berbuat aniaya di dalamnya terhadap diri kalian”.
Qatadah – Rahimahullah – berkata : “Berbuat zolim pada bulan-bulan suci lebih besar tingkat pelanggarannya dan dosanya dibanding di bulan-bulan lainnya, meskipun perbuatan zolim bagaimanapun juga keburukan yang besar. Tetapi Allahlah yang berhak meningkatkan apapun yang dikehendakiNya di antara urusanNya”.
Maka sebagaimana perbuatan dosa pada bulan-bulan suci tersebut tergolong besar, demikian pula amal shalih dan kebajikan yang dilakukan di dalamnya merupakan sesuatu yang sangat besar pahalanya. Oleh sebab itu manfaatkanlah event-event pembagian anugrah kebaikan dan peningkatan derajat ini sebaik-baiknya. Jauhilah perbuatan yang dapat menyebabkan terhalangnya diri dari ampunan Allah dalam musim-musim pembagian rahmat seperti ini dan juga di waktu-waktu yang lain.
Selanjutnya, ketahuilah bahwa Allah memerintahkan kalian berdoa shalawat dan salam kepada Nabi-Nya . . .
Penerjemah: Abu Abdil Muhsin Firanda
www.firanda.com